Pages

Belinda Gunawan dan Jane Ardaneswari


MaBel masuk ruangan berombongan. Meski belum pernah ketemu, sosoknya tak lagi asing bagiku. Jadi kemanapun ia melangkah, mataku selalu mengikutinya. Begitu aku menyapa dengan: MaBel, ini Pupung .... Sigap ia menyambut dengan riuh: Oalah, Pupung .... Kok ngenalin aku, sih? Lalu ia menyodorkan pipi untuk kucium. Belinda Gunawan itu sebelas duabelas dengan Rani. Riuh dan hangat!
Bagaimana dengan Jane Ardaneshwari? Kalau yang ini setali tiga uang-nya sama Maria Hartiningsih. Senyumnya manis, lembut dan meneduhkan. Sepanjang pertemuan, aku nggak mendengar suaranya. Tetapi aku sangat menikmati senyumnya. Love you, Mbak .....

Mem-bully-ku


 Entah awalnya gimana, aku lupa. Tiba-tiba saja kami seperti kembar siam. Tapi alih-alih bersikap manis, ia malah sering meledekku. Lebih tepatnya mem-bully-ku. Seriiiing banget membuatku jengkel setengah mati.
Kemarin ia berulang tahun. Ia janji untuk bermanis-manis denganku. Aku sih, nggak memberi hadiah apapun. Tetapi justru ia yang memberi kejutan. Mengajakku untuk turut serta dipementasan teaternya tahun depan.
Selamat Ulang Tahun, Kakanda. Tetap sehat, tetap semangat, untuk karya-karya selanjutnya yang lebih hebat!

Senyum Dua Bidadari



Akhirnya aku tahu, mengapa Rani banyak yang sayang. Rani tuh, hangat. Sangat hangat. Senyumnya sangat manis, kenes dan ... manja! Gerakannya itu lho .... Pantesan banyak yang gemas pingin nyubit.
Maria Hartiningsih? Senyumnya sungguh menjanjikan semilyar keteduhan. Begitu tulus dan melenakan. Sepanjang melihatnya, bibirnya tak lepas dari senyum. Sungguh indah. Memandangnya membuatku jatuh cinta.