Entah kapan persisnya kami berteman, aku
tidak tahu. Dan siapa yang meminta pertemanan terlebih dahulu pun, aku
juga lupa. Yang aku ingat adalah, ketika
tiba-tiba ia datang di inbox mengucapkan Selamat Ulang Tahun. Waktu itu
pukul setengah empat di Kamis dini hari, ketika ia selesai tahajud dan
aku hampir menyelesaikan sarapan pagiku. Sejak saat itu kami berteman
dalam arti yang sebenarnya. Inbox-an, saling komen di wall dan sesekali
diselingi dengan panggilan telpon.
Asik banget ngobrol dengannya.
Aku bisa cerita tentang banyak hal. Begitu juga sebaliknya. Diskusi
tentang karya. Skenario, cerpen .... Bukankah dibidang itu ia termasuk
kategori suhu? Lantas ia mengirimiku buku-bukunya, juga FTVnya dalam
bentuk compact disc. Tentu aku kegirangan, dong hehe ....
Suatu
ketika diskusi beralih ke sikap dan perilaku. Di sini kami menjabarkan
mana sikap dan perilaku yang baik dan mana yang tidak baik menurut versi
kami. Tiba-tiba ia nyeletuk, "Ternyata kadar keimananmu lebih baik
ketimbang aku," katanya.
What? Kekagetan melompat begitu saja.
Bagaimana mungkin? Aku kan celele'an banget. Ngomong seenaknya, dalam
bersikap pun kadang semaunya. Aku sering kelewatan dalam bercanda!
Tapi beberapa waktu lalu, dalam nada canda ia mengingatkan: Kamu belum pernah menulis tentang aku lho, kecuali dalam hati ...?
O ya?
Oke jika begitu. Aku akan menulis tentangmu. Tentang kebersamaan kita.
Dan ini yang sedang aku lakukan. Kebersamaan antara engkau dan aku, ayah
dan anak. Semoga Kedekatan dan kebersamaan ini akan baik-baik saja.
Sebagai anak, rasa hormat yang besar aku berikan padamu. Juga kasih
sayangku!
I love you, Om ....
0 comments:
Post a Comment