Pages

Aku Bukan Psikolog

Aku Bukan Psikolog.
Seorang teman menyangkaku psikolog. Ngotot sekali. Dan tanpa ampun ia membeberkan bergulung-gulung masalahnya. Aku sesak napas!
Teman,
Seperti kamu, aku pun punya masalah. Bahkan mungkin lebih banyak. Tetapi aku memutuskan untuk tidak mengumbarnya. Kenapa? Pertimbangannya adalah untung rugi. Mungkin beberapa orang akan bersimpati. Tetapi tak sedikit pula yang akan meremehkan, melecehkan dan lebih ekstrim lagi, akan ada orang yang nyukurin dan sangat bahagia dengan penderitaan kita.
Masalah seringkali membuat kita ingin mati. Tetapi masalah tak membuat kita benar-benar mati kecuali bunuh diri.
Aku menyimpan masalahku di dalam. Aku tak mau penderitaanku membebani banyak orang. Ditipu dan dikhianati, putus cinta, tak punya uang, kehilangan pekerjaan, banyak orang juga merasakan.
Jadi ...?
Jangan anggap penderitaan itu milikmu seorang. Hadapi masalahmu dan jangan pernah kehilangan harapan.

Jatuh Cinta?

Aku selalu jatuh cinta dengan lelaki yang konsisten. Antara bicara, perbuatan dan keberanian sepaket.
Sedangkan kepada lelaki yang suka berkoar-koar, omong besar, padahal nyalinya ciut, nylurut kayak curut, haruskah aku jatuh cinta juga???

Berbagi Cerita

Di pagi menjelang siang, ia datang padaku. Tanyanya, "Sedekat apa Pupung sama Ayah?"
"Sangat dekat. Apalagi setelah Ibu pergi dan kakak serta adik menikah, kami semakin dekat," jawabku.
"Apakah hal-hal yang paling pribadi juga Pupung ceritakan ke Ayah?"
"Misalnya?" Aku bingung.
"Ketika mendapat haid pertama kali, misalnya."
"O, tidak." Aku menggeleng. "Tidak sedetail itu aku ke Ayah. Btw, ada apa, sih? Apa yang sebenarnya ingin kau tanyakan? Sepertinya sangat penting ...?"
"Putriku ..."
"Kenapa dengan putrimu?"
"Boleh aku cerita ke Pupung? Tidak mengganggu?"
"Tentu, boleh. Dengan senang hati, malah," anggukku antusias.
Kemudian ia cerita tentang putrinya yang menikah lima bulan yang lalu. Sepulang joging ia langsung disambut sang putri yang memeluknya di teras rumah. Tentu saja ia kaget. Sebelum sempat bertanya, si putri telah berbisik di telinganya: Aku hamil, Papa. Lantas tangannya mengacungkan test pack yang bertanda positif. Tentu saja ia, temanku itu, bahagia bukan main. Putri kesayangannya bakal memberinya seorang cucu. Baginya berita itu adalah kado ulang tahun sekaligus natal yang terindah. Tanpa menunggu detik berlalu, ia balas memeluk. Mendaratkan ciuman sepenuh kasih di pipi putri kesayangannya.
"Maaf, jika ceritaku tidak menarik. Tetapi ntah mengapa, aku ingin berbagi bahagia denganmu." Ia menyudahi ceritanya.
"Hey, aku suka cetitamu. Sangat suka! Sampaikan salam termanisku untuk Nyonya Muda yang sedang berbahagia itu. Mudah- mudahan kehamilannya sehat, tak terkendala apapun. Selamat untukmu juga. Bersiaplah untuk menjadi Opung.
Mestinya tulisan ini kuunggah persis di Desember dua lima. Selain untuk hadiah natal, hari itu juga adalah hari ultahnya. Tetapi aku ...?
Maafkan. Manusia selalu dilingkupi keterbatasan-keterbatasan.
Selamat Ulang Tahun, Nelson Siahaan
Aku berharap selamanya kita akan menjadi teman.

BUKAN RATAPAN JOMBLO LUMUTAN DIAKHIR PEKAN


Sini, sini dengerin. Ketika Gusur belum getol membully jomblo, aku sudah jomblo. Gusur mulai getol membully jomblo, aku masih jomblo. Gusur lelah dan berhenti membully jomblo, aku masih teteeeep aja menjadi jomblo.
Ini bukan ratapan jomblo lumutan diakhir pekan. Tetapi aku sungguh ingin bertanya kepada Tuhan: Ini bukan salah bunda mengandung, kan?
Diakhir pekan ini, barusan, aku meng-confirm 14 teman dari 26 yang meminta pertemanan.
Alhamdulillah ....
Rejeki anak solehah.

Iman Itu Apa

Iman itu apa? Menurut KBBI iman adalah kepercayaan (yang berkenaan dengan agama), keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab dan sebagainya. Iman adalah ketetapan hati, keteguhan batin, keseimbangan batin.
Manusia yang mengaku beriman kepada Allah, maka ia akan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Di fesbuk ini aku punya teman. Laki-laki. Mengaku beriman. Mengaku ibadahnya baik. Bahkan di jidatnya ada dua kapal yang sedang berlabuh! So, minimal sholat lima waktunya jedut dong, nggak pernah bolong. (Soalnya aku punya kakak ipar, yang sholatnya hampir sepanjang waktu saja, jidatnya tetap mulus, kok). Ia ingin menjadi teman baikku, katanya. Boleh …., aku manggut-manggut. Kebetulan aku sedang menulis buku yang bertema remaja. Suaranya yang bagus dengan gayanya yang sok muda, klop dah untuk menambah referensiku. Tapi apa lacur? Lama-lama dia mengajakku bernapas dalam lumpur!

Aku celele'an!


Celele'an sedang menjadi polemik di statusku, antara Este Sumbul Riady, Cyrillus Ruskino dan Langgeng Saptono. Celele'an itu apa? Begitu mereka saling bertanya.
Jangan pernah mencari kata "celele'an" di KBBI, nggak akan pernah ketemu. Menurut KBBP, celele'an adalah sebuah kenakalan yang manis, nakal yang hanya untuk main-main. Nakal yang tidak akan merugikan diri-sendiri apalagi orang lain. Dalam dunia pewayangan, tokoh yang diklaim sebagai pribadi yang celele'an adalah Gareng.
Aku celele'an!
Maka aku bukan Arjuna, ksatria Amarta seperti kata Om Yudhie. Bukan Dewi Drupadi, istri Pandawa seperti kata Om Pandupaksi. Bukan pula si Dewi Kunthi, seperti kata yang lainnya lagi.
Aku Gareng!
Sosok yang sama sekali tak cakep dan tak pandai bicara. Yang sederhana dan apa adanya. Bedanya adalah, jika Gareng sangat pandai melucu, aku hanya sedikit jenaka. Jika Gareng selalu mampu berbuat baik, aku terus belajar tapi tak bisa-bisa.
Aku ...?

Berbagi tidak harus menunggu kaya raya

Pupung

Dulu, dulu sekali, aku bertemu seorang gadis. Dalam keterbatasan keuangan, ia sudah menjadi pendonor tetap sebuah panti asuhan. Bahkan ketika di dompetnya tak ada uang sama sekali, ia merelakan beberapa keping kaset koleksinya untuk dijual demi memenuhi kewajibannya di bulan itu. Bagus!

Kemarin sore tanpa sengaja, aku bertemu kembali. Saat ia mau memasukkan dua lembar sepuluh ribuan ke kaleng lelaki tua di tepi jalan. Kutepuk pundaknya. Ia terlonjak kaget. Sedetik kemudian seleret senyum dihadiahkan padaku.
"Itu uang jatah buat naik ojek sore ini. Berhubung tadi aku jalan kaki, ...?" Ia menjelaskan tanpa kuminta. Keren!

Gadis itu kini sudah menjadi perempuan dewasa. Tetapi kebiasaannya tetap utuh. Tak sedikit pun berubah. Ketika ia ditraktir makan, maka jatah uang makan akan tetap dikeluarkan. Ia diberi makan orang lain, ia akan memberi makan orang lain.

Begitulah. Berbagi tidak harus menunggu kaya raya. Kebiasaan berbagi bisa dilakukan siapa saja. Bahkan oleh orang yang sangat sederhana.

Eh, numpang nanya.
Bolehkah jomblo kalian belajar untuk jatuh cinta??