Sejak sepakat memutuskan untuk menjalin hubungan sebagai ayah dan anak, ini bukan pertama kalinya
Henk
mengunjungi istrinya,
Fang, di Shanghai. Karena hidup mereka memang di
dua negara. Tiga bulan Fang bergabung dengan Henk di Alphen, ketika Fang
harus pulang, sebulan kemudian Henk yang menyusul ke Shanghai. Begitu
yang mereka jalani selama setahun tiga bulan ini pasca pernikahan
mereka.
16 April kemarin, Henk terbang ke Shanghai setelah
pertengahan maret lalu Fang meninggalkan Alphen. Jauh-jauh hari dia
bilang padaku, meski di China FB harus bayar dan internet suka bikin
repot, dia janji akan menulis untukku setiap hari. Maka semua kontak
yang kumiliki dibawanya serta. Di hari H sebelum keberangkatan dia
menghubungiku tanpa jeda. Banyak pesan yang disampaikannya. Salah
satunya aku mesti berhubungan dengan Lisette, anak perempuannya di
Alphen. Agak sedikit aneh, memang. Hingga aku bertanya, "Papa sakit?"
Henk tertawa. Jawabnya, "Ayah selalu sehat, bahagia setiap hari. Jadi
kamu jangan khawatir."
Tapi pesawat delay 3 jam. Sambil menunggu
keberangkatan, kami ngobrol banyak hal. Dia juga menyampaikan bahwa akan
tiba di Shanghai pada hari Jum'at sore dan akan menghubungiku di hari
Minggu. Janji itu aku pegang. Dan terbanglah ia.
Tapi Minggu tak ada
kabar. Senin pun demikian. Selasa, ya Selasa dia datang ke email dengan
meninggalkan sedikit pesan yang isinya mengatakan bahwa jaringan telpon
dan internet sangat buruk. Dengan tidak lupa melampirkan 3 lembar foto.
Rabu dan Kamis kosong. Baru hari Jum'at emailnya datang lagi. Menulis
agak panjang dengan melampirkan 2 lembar foto. Tapi yang membuatku sedih
adalah dia mengabarkan jika dia sakit akibat jetlag berkepanjangan.
"Maaf Sayang, Papa belum sempat pergi kemana-mana, bahkan ke Jinhua,"
tulisnya. Jinhua adalah kampung halaman Fang.
Sebenarnya Henk
telah mengundangku untuk mengunjunginya. Jika aku menyetujuinya,
mestinya pertengahan maret sampai pertengahan april aku bersamanya.
Sebelum dia terbang menyusul Fang ke Shanghai. Dia mengundangku di bulan
itu karena dia ingin aku menikmati musim semi di kampung halamannya.
Dimana suhu mulai hangat dan tulip mulai bermunculan. Dan bukan itu
saja, dia berjanji akan membuatkan tur kecil untukku. Jerman, Belgia
dan Perancis adalah negara yang dia tawarkan. "Tidak jauh dari Alphen,
Nak. Kita bisa berkendara dengan mobil," katanya. Waktu aku bertanya
apakah masih kuat menyetir jauh, dia meyakinkan bahwa dirinya selalu
kuat. Sayangnya keluargaku tidak setuju. Tidak setuju aku mengunjungi
orang asing yang hanya kukenal dari facebook! Henk tak hilang akal. Maka
katanya, "Baiklah, Ayah yang akan mengunjungimu di Indonesia."
Sejak dia menulis 'Entah mengapa, sejak melihatmu aku seperti melihat
diriku', dia berjanji akan menemui dan memelukku. Melakukan hal-hal yang
sejak aku kecil belum pernah dia lakukan.
Cepat sembuh, Papa. Bukankah kau bilang ingin segera ke Jinhua untuk berbagi bahagia dengan masyarakat di sana?
Foto di bawah adalah foto Henk waktu masih beristrikan orang Brebes.