Pages

Dia


Dia muda, cantik dan pintar. Jika mau terus belajar, bukan tidak mungkin di masa depan dia bakal menjadi penyair besar. Sebagai pendatang baru di dunia kepenyairan, karya-karyanya tergolong luar biasa. Bernas dalam memilih kata, dan imaji liarnya tak melampaui batasan norma. Tapi sepertinya kehadirannya tak dikehendaki. Caci, maki dan bully datang bertubi-tubi, dari orang-orang yang lebih dulu eksis tetapi takut tersaingi. Hingga dia merasa tak nyaman dan membunuh FBnya dinihari tadi. Ia menjadi sosok yang diiri sekaligus dibenci.
*Di dunia ini aku bukan siapa-siapa, hanya penikmat saja. Tetapi mengetahui ini, sedihku sungguh luar biasa. Bagaimana mungkin seorang bocah yang datang dengan talenta menakjubkan, dianggapnya sebagai ancaman? Duh!
kemana mesti kulabuhkan cinta
sedang badai tlah meluluhlantakkan dermaga

#‎SecuilKisahDariNegeriAntahBerantah‬

Mie Godhog Jawa


Konon, Rumah Makan Pak Bungkik sangat laris. Menjelang jam makan siang, rumah makan yang terletak di BSD City ini dipadati pengunjung. Beragam menu ditawarkan. Salah satunya Mie Godhog Jawa. Icip punya icip kakakku bilang: Rasanya lebih joosss bikinanmu! Ahai, jadi lebih enak Mie Godhog Jawa Perawan bikinan saya? Siip dah! Satu bekal untuk buka warung kelak hehe ....

Kaya Panggilan


Pupung oleh teman-temanku sering diplesetkan menjadi Piping, Pepeng dan Papang. Kemudian ada yang memanggilku dengan Pupuy & Pupe. Rigzin Spalbar dari Leh - Ladakh lebih suka memanggiku Pupung. Menurutnya Pupung mirip dengan nama-nama orang di Himalaya. Temen Surabaya memanggilku Di. Temen dari Hajira - Pakistan memanggilku Pupi. Pupi? Belum sempat aku protes, aku menerima panggilan baru lagi: Pupils. Dan kamu, kamu ingin memanggilku apa ...?

Get Well Soon, Papa


Sejak sepakat memutuskan untuk menjalin hubungan sebagai ayah dan anak, ini bukan pertama kalinya Henk mengunjungi istrinya, Fang, di Shanghai. Karena hidup mereka memang di dua negara. Tiga bulan Fang bergabung dengan Henk di Alphen, ketika Fang harus pulang, sebulan kemudian Henk yang menyusul ke Shanghai. Begitu yang mereka jalani selama setahun tiga bulan ini pasca pernikahan mereka.
16 April kemarin, Henk terbang ke Shanghai setelah pertengahan maret lalu Fang meninggalkan Alphen. Jauh-jauh hari dia bilang padaku, meski di China FB harus bayar dan internet suka bikin repot, dia janji akan menulis untukku setiap hari. Maka semua kontak yang kumiliki dibawanya serta. Di hari H sebelum keberangkatan dia menghubungiku tanpa jeda. Banyak pesan yang disampaikannya. Salah satunya aku mesti berhubungan dengan Lisette, anak perempuannya di Alphen. Agak sedikit aneh, memang. Hingga aku bertanya, "Papa sakit?" Henk tertawa. Jawabnya, "Ayah selalu sehat, bahagia setiap hari. Jadi kamu jangan khawatir."
Tapi pesawat delay 3 jam. Sambil menunggu keberangkatan, kami ngobrol banyak hal. Dia juga menyampaikan bahwa akan tiba di Shanghai pada hari Jum'at sore dan akan menghubungiku di hari Minggu. Janji itu aku pegang. Dan terbanglah ia.
Tapi Minggu tak ada kabar. Senin pun demikian. Selasa, ya Selasa dia datang ke email dengan meninggalkan sedikit pesan yang isinya mengatakan bahwa jaringan telpon dan internet sangat buruk. Dengan tidak lupa melampirkan 3 lembar foto. Rabu dan Kamis kosong. Baru hari Jum'at emailnya datang lagi. Menulis agak panjang dengan melampirkan 2 lembar foto. Tapi yang membuatku sedih adalah dia mengabarkan jika dia sakit akibat jetlag berkepanjangan. "Maaf Sayang, Papa belum sempat pergi kemana-mana, bahkan ke Jinhua," tulisnya. Jinhua adalah kampung halaman Fang.
Sebenarnya Henk telah mengundangku untuk mengunjunginya. Jika aku menyetujuinya, mestinya pertengahan maret sampai pertengahan april aku bersamanya. Sebelum dia terbang menyusul Fang ke Shanghai. Dia mengundangku di bulan itu karena dia ingin aku menikmati musim semi di kampung halamannya. Dimana suhu mulai hangat dan tulip mulai bermunculan. Dan bukan itu saja, dia berjanji akan membuatkan tur kecil untukku. Jerman, Belgia dan Perancis adalah negara yang dia tawarkan. "Tidak jauh dari Alphen, Nak. Kita bisa berkendara dengan mobil," katanya. Waktu aku bertanya apakah masih kuat menyetir jauh, dia meyakinkan bahwa dirinya selalu kuat. Sayangnya keluargaku tidak setuju. Tidak setuju aku mengunjungi orang asing yang hanya kukenal dari facebook! Henk tak hilang akal. Maka katanya, "Baiklah, Ayah yang akan mengunjungimu di Indonesia."
Sejak dia menulis 'Entah mengapa, sejak melihatmu aku seperti melihat diriku', dia berjanji akan menemui dan memelukku. Melakukan hal-hal yang sejak aku kecil belum pernah dia lakukan.
Cepat sembuh, Papa. Bukankah kau bilang ingin segera ke Jinhua untuk berbagi bahagia dengan masyarakat di sana?
Foto di bawah adalah foto Henk waktu masih beristrikan orang Brebes.

Rindu Sehari Kembang Sepatu


Rinduku padamu, El,
bisa kuserupakan sinyal gelombang wifiku
yang turun naik bergantung cuaca di paras langit
dan pengaruh musim-musim emosi yang
berganti-ganti di pedalaman batinku.

Ialah getaran-getaran yang terus berada di antara ada dan tiada
tetapi selalu bergetar hidup kembali setiap router kunyalakan.
Sedangkan rindumu itu
serupa semu dadu kembang sepatu
yang hanya mekar bersinar di pagi hari
dan langsung terkulai melayu
di jelang senja hariku.
Baru hendak kuniatkan memetiknya utuh-utuh
menjelang senja itu ia telah luruh
luluh terbunuh gelap malam nan angkuh.
  
Rani Rachmani Moediarta

Jangan Panggil Aku "Jeng"!


Jeng mengingatkanku pada panggilan putri-putri di keraton. Menurutku, Jeng atau kependekan dari Diajeng adalah panggilan untuk perempuan muda yang mengalir darah biru dalam tubuhnya. Atau bagi perempuan yang datang dari kalangan atau minimal ingin dianggap sebagai priyayi. Sedangkan aku? Aku lahir dari kalangan sudra. Datang dari tingkat paling bawah tanpa lambang dan baju kebesaran. Kekayaan yang diwariskan Ibu-Bapakku pun nyaris tak ada, kecuali cinta.
Jeng terdengar sangat risih di telinga. Jadi jika boleh aku meminta, panggil aku Pupung saja!

Sayur Asem Goreng vs Sayur Asem Bening


Pedagang berinovasi itu bagus, supaya produk yang dijualnya enggak monoton. Seperti yang kujumpai di kedai makan Remaja Kuring BSD. Sayur Asem yang biasanya dimasak bening, ditempat ini dibikin dengan kuah buthek yang mirip dengan sayur bersantan. Lekatnya kuah diperoleh dari kemiri. Namanya Sayur Asem Goreng. Racikan isiannya sama dengan sayur asem pada umumnya, cuma bumbu dan cara masaknya agak berbeda. Sayur asem kuah bening dimasak dengan bumbu yang dicemplungin begitu saja, sedangkan sayur asem goreng, sebelum dicemplungin ke panci sayur, bumbu ditumis terlebih dahulu. Lebih nikmat yang mana, coba? Jika aku lebih memilih yang bening, yang dimasak oleh tanganku sendiri. Enggak mblenek dan lebih segar. Kamu ...?

Ternyata aku petualang sejati!!!

Kak Nina, ayo cari arti namamu di sini. Pasti bagus juga. Namamu kan unik ....

Perawan VS Tidak Perawan


Aku membaca sebuah buku. Dalam salah satu bab tertulis antara lain: Gue emang belum menikah, tapi bukan berarti gue masih perawan loh! Glek! Dalam kalimatnya itu loh, ada nada kebanggaan di situ. Keterusterangan bahwa dia akan malu, sebagai perempuan dewasa, belum menikah, jika dia masih tetap perawan.
Apakah untuk masa sekarang keperawanan adalah sebuah hal yang memalukan? Bagaimana dengan para gadis, kaum perempuan, yang belum menikah, tetapi masih menjaga keperawanannya dengan baik? Apakah mereka harus malu?
Bagi sebagian perempuan, meskipun jumlahnya sekarang ini mungkin tinggal seuprit, menjaga keperawanan adalah wajib. Susah? Mungkin juga. Tapi yang sudah terbiasa, pasti akan bilang baik-baik saja.
Tidak, aku tidak bicara soal dosa, moral and bla bla bla yang berkaitan dengan itu. Surga dan neraka hanya milik Allah semata. Yang tidak perawan sebelum menikah belum tentu masuk neraka, dan yang menjaga keperawanannya dengan baik belum tentu juga masuk surga. Memutuskan tetap menjadi perawan atau tidak, itu hanya sebuah pilihan. Cuma yang ingin aku bilang adalah, menjadi perawan tidak harus malu, bukan???
#‎JanganDiambilHatiIniStatusIseng‬

Nasi Goreng Merah

minimalis tapi mengenyangkan hehe ....

Masak apa hari ini?


Tadi pagi, selepas membenahi tanaman cabai yang diobrak-abrik kucing, aku bingung mo masak apa. Belum ke pasar, dan di kulkas cuma ada buncis dan wortel plus telur. Masak apa, ya? Aku teringat mamaku (sstt, mamaku itu cina!). Dia sering bikin orak-arik buncis telur untuk sarapan kami. Dan enak! Dan hari ini aku mempraktekkannya. Bukan dengan resep dari mama tapi resep bikinanku. Resep berdasarkan intuisi hehe ... Sedaaaappp!!!
Episode Orak-Arik Buncis + Wortel

Kunyit Asem Beras Kencur


Ini tentang jamu datang bulan super sedap.
Memang tidak semua perempuan menderita ketika datang bulan. Tetapi tak sedikit juga yang merasa baik-baik saja. Aku salah satu diantaranya. Ketika tamu bulanan itu datang, aku super duper menderita. Dada sakit, perut seperti diremas-remas, kaki (terutama kaki kiri) terasa kaku dan tulang punggung serasa mau patah. Dan mualku, mualku tuh sangat jor-joran. Sampai muntah-muntah segala. Hingga aku suka melontarkan pertanyaan pada kakakku: Apakah begini juga rasanya melahirkan?
Karena sakit yang teramat sangat itu, aku jadi suka berburu obat penawarnya. Pada awalnya aku mengkonsumsi obat-obatan kimia. Kemudian beralih ke obat herbal kemasan. Sampai akhirnya aku memperoleh penawar rasa sakit yang aku anggap sangat cocok untukku: Jamu Kunyit Asam Beras Kencur! Selain rasanya enak, manfaatnya juga sangat terasa. Selain mengurangi rasa sakit dan bau tidak sedap yang melekat di badan, jamu ini juga bermanfaat untuk menghaluskan kulit, menambah vitalitas serta menjaga kebugaran tubuh. Ada yang berminat dan ingin mencobanya? Ini dia bahan-bahannya:
4 jari rimpang kunyit
4 jari kencur
4 ruas jahe
4 keping gula merah
8 mata asam jawa
4 sendok beras (rendam selama 4 jam)
8 gelas air

Cara membuatnya:
Potong-potong kunyit, kencur & jahe. Kemudian campur bahan potongan tadi bersama asam jawa dan gula merah dalam panci yang sudah terisi air. Rebus. Setelah mendidih selama 5 menit, matikan api dan diamkan sampai dingin. Setelah dingin, blender bahan rebusan bersama 4 sendok makan beras sampai halus. Kemudian bahan yang sudah diblender dicapur kembali dengan air rebusan. Rebus hingga mendidih, dan diamkan sampai dingin. Setelah dingin, baru disaring. Jamu sedap Kunyit Asam Beras Kencur siap untuk dikonsumsi.
Untuk hasil terbaik, minum 2 kali sehari pagi dan sore hari. Selamat mencoba ya, Temans ....
Resep Kunyit Asem Beras Kencur

Sambel Tumpeng

Hey hey hey ..., hari ini aku memasak Sambel Tumpang. Perpaduan antara tempe bosok, petai, krecek dan daun kemangi ini sangak cocok dilidahku. Gurih dan super pedasnya menambah selera makan.
O ya, awalnya aku sangat takut untuk mengolah tempe bosok. Menilik lambungku yang amat sensitif. Tapi Kak Nina meyakinkanku bahwa nggak akan terjadi apa-apa dalam tubuhku dengan masakan ini. So? Ini untuk pertama kalinya aku makan 2 porsi! hahaha ....

Bisbul

Di kompleks Puspitek minggu kemarin, di dekat lapangan sepak bola, aku berkenalan dengan penjual duku, penjual dawet dan penjual bajigur + ketela rebus. Selayak kawan lama, kami banyak ngobrol & bercanda. Nah, karena di situ banyak tumbuh pohon-pohon tinggi, iseng aku bertanya. Dan penjual dawet menerangkannya satu-satu. Pas giliran tiba pada pohon setinggi 10 meter dengan daun merimbun dan amat rapat, dia menyebut Bisful. Apa? "Iya, Bisful," katanya yakin. Meski ragu alias tidak yakin, aku mengajaknya untuk mendekati pohon itu. Ternyata buahnya cukup banyak. Selintas, selagi mentah mirip-mirip buah Kiwi. Sama-sama berbulu halus dan berwarna hijau kecoklatan. Setelah matang, kulitnya berubah menjadi merah.
Aku suka bentuk pohonnya yang meruncing, mirip seperti tumpeng. Dari jauh, pohon ini seperti pohon Natal. Selayak kanak-kanak, aku kegirangan menemukan pohon yang menurutku baru itu. Aku memetik buahnya yang merah, mengelus-elus yang masih mentah dan mengagumi daunnya yang berbentuk lonjong, mengkilap dan berwarna hijau tua. Aku tidak tahu jika bulu pada buahnya mampu membuat kulit disekujur tubuh menjadi gatal. A-auw, tangan dan wajahku serasa biduran. Dan lagi, ternyata berbatang-batang pohon Bisbul (akhirnya aku searching di Gugel) itu menyimpan banyak kera. Auww, selagi aku garuk-garuk, empat kera menampakkan ringisannya. Reflek aku lari tunggang langgang. Meski sejak kaki kiriku patah, lariku tidak sekencang maling dikejar polisi.

Bisbul dengan nama ilmiah Diospyros blancoi, orang Melayu menyebutnya dengan buah Lemak, dalam bahasa jawa disebut Sembolo, sedangkan dalam Tagalog disebut dengan Kamagong, Tabang atau Mabolo. Daging berwarna putih dengan rasa manis yang agak sepat. Berbau harum agak menyengat, campuran antara keju dan durian, konon buah ini kaya akan manfaat. Antara lain: meningkatkan vitalitas tubuh, menghaluskan kulit, menjaga kesehatan mata, mengatasi masalah pada organ pencernaan, sembelit serta penyakit perut lainnya.

Lobi-Lobi

Lobi-lobi (Flacourtia inermis) dalam Bahasa Inggris disebut Batoko Plum, orang Minangkabau menyebutnya Lubi-Lubi dan orang Batak menamainya Balakko. Minggu kemarin, ketika aku berkunjung ke kawasan Puspitek - Serpong, aku menjumpai beberapa batang pohon Lobi-Lobi yang tumbuh merimbun mengelilingi lapangan basket. Selama ini aku hanya mendengar tentang Lobi-Lobi. Belum pernah sekalipun melihat seperti apa bentuk buahnya, apalagi pohonnya!
Buah Lobi-Lobi berbentuk bulat dengan kulit licin. Berwarna hijau selagi muda dan merah tua hingga ungu kehitaman setelah matang. Berbiji banyak dengan daging yang sedikit mengandung air, Lobi-Lobi mempunya rasa dari asam hingga sangat asam selagi muda. Setelah matang ada sedikit rasa manis dan sepatnya. Meski bisa dijadikan selai, manisan dan sirup, Lobi-Lobi paling sering dipakai sebagai campuran membuat rujak. Rujak nujuh bulanan haha ....
O ya, konon katanya, Pohon Lobi-Lobi dan Kecapi saat ini sudah mulai langka. Jadi beruntung dong saya telah menemukannya dan mencicipi Lobi-Lobi langsung dari pohonnya, yay ....

Aku

Entah kenapa, aku suka banget sama sepeda. Mungkin karena aku gak punya tunggangan lain? Ntahlah. Yang jelas, ketika aku tinggal di Jogja, ke pasar aku naik sepeda. Ke Malioboro untuk senam massal, aku bersepeda. Ke UGM untuk lari pagi, aku menggowes sepeda. Bahkan ke Kasongan, aku jabanin dengan sepeda. Yang tinggal di Jogja pasti tahu, berapa jarak tempuh antara Prapatan Kentungan di Sleman dengan Kasongan di Bantul. Tapi aku melakoninya dengan sukacita. Atau karena aku melakukannya dengan sahabat? Mungkin juga. Ed dan Bryan adalah sahabat terbaik selama aku tinggal di Jogja, tepatnya Jl. Pandega Marta - Pogung Lor.
Yang kedua, aku suka jalan. JALAN KAKI! Ya, aku sangat menyukai kegiatan melelahkan kaki ini. Ketika orang-orang lebih suka menolak jalan kaki, justru aku akan sangat dengan sukacita melakukannya. Melenggang dengan santai atau setengah berlari sambil melihat pemandangan kanan kiri itu sangat menakjubkan. (Seorang teman pernah bilang bahwa 45 menit jalan kaki setiap hari bisa membuat kita awet muda. Bagaimana jika aku melakukannya minimal 60 menit dalam sehari? Bisakah aku menjadi awet BOCAH?hahaha ....). Maka aku suka bikin susah diri yang akan membuat hepi. Beli pulsa, ada kios yang lebih dekat, aku mencari yang jauh supaya bisa jalan kaki lebih lama. Dari stasiun kereta, ketimbang naik angkot, aku lebih suka jalan untuk pulang ke rumah. Hal-hal seperti ini oleh sebagian orang dinilai aneh. Bagiku? Biasa lha yauw ....
Ketiga, aku menyukai hujan. Aku sangat suka jika ada kesempatan untuk hujan-hujanan. Kesukaan masa kecil ini terbawa sampai sekarang.
Keempat, aku suka Nasi Berkat? Kalian tahu Nasi Berkat? Nasi Berkat itu nasi yang kita dapat dari rumah orang yang mengadakan selamatan. Kalo di kampungku, Nasi Berkat ditaruh dalam wadah kotak dari bambu yang disebut dengan besek. Isinya bermacam-macam. Disamping ada nasi putih aron, Nasi Berkat dilengkapi dengan lauk pauk seperti: sepotong daging/ayam, telur rebus/balado, tempe & tahu goreng, tumisan, sambal goreng kentang dan gesek (ikan asin yang lumayan besar). Jika di kampung, aku suka menyantap Nasi Berkat ini bersama saudara-saudaraku. Yang bikin Nasi Berkat ini nikmat adalah .... rebutannya hahaha ..... Tapi itu dulu, duluuuuu sekali. Karena sekarang aku nggak pernah menikmati Nasi Berkat dari tetangga lagi. Di Jakarta kebiasaan selamatan nggak ada.
Karena Nasi Berkat nggak ada, jadi aku menikmati Cake Ketan Hitam saja. Digerimis sisa hujan tadi siang, cake sederhana ini lumayan enak. Temennya adalah teh panas tanpa gula. Lengkap nikmatnya. Karena aku menyajikannya dengan cinta, ahay ....