Pages

Makna Pergantian Tahun

Apa yang berbeda di hari terakhir di tahun 2014? Untukku sama sekali nggak ada. Rutinitasku sama saja, bangun di pagi hari dan menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya. Lalu dalam menyambut tahun baru bagaimana? Jika tahun lalu aku menikmati hiruk pikuk perayaan pergantian tahun dari balkon lantai empat tempat tinggalku di Bandung, maka tahun ini aku berada di Jakarta. Keluar rumah di pukul satu siang nanti, dan aku harap bisa kembali ke rumah sebelum pukul dua belas malam. Aku ingin menyambut datangnnya tahun baru dengan keheningan.

Nilai Seorang Wanita

Ketika seorang wanita, hanya untuk mempertahankan eksistensinya, padahal dia sudah nggak punya apa-apa, lalu kemudian rela menjual dirinya & meminta-minta kepada para pria, gimana tanggapan kalian semua?

KETAATAN HAMBA

Tdk semua jatuh bermakna takkan ada lagi harapan
Tdk seluruh penurunan berarti takkan ada lg kenaikan
Mgkn sj ada org yg bergembira dg terperosoknya kita
seperti iblis yg bahagia ktk jatuhnya nabi adam & hawa
Tp sesungguhnya, jatuhnya adam justru mengantarkannya pd
mutiara yg sgt berharga, KETAATAN HAMBA
bak penyelam yg menelusuri dasar samudra tuk meraih mutiara

Jum'atan adalah silaturahim

Jum'atan adalah silaturahim. Bagi lelaki, pergi ke Masjid minimal satu kali dalam seminggu, sangat berguna untuk menyambung tali silaturahim terhadap keluarga, kerabat, dan sesama umat. Saling sapa dikala amat susah untuk ketemu diksempatan biasa. Itulah kenapa, Allah memberi pahala yang besar setara satu kali naik haji bagi lelaki yang pergi jum'atan berturut selama 40 kali. Lalu, pergikah kamu jum'atan?

Kau tetap 'adek' di hatiku

Suatu siang hampir sepuluh tahun yang lalu, sebuah SMS masuk ke ponselku. Isinya: Boleh kenalan, Mbak Pupung? Aku Dain, dari Palopo. Sebuah SMS sederhana, permintaan perkenalan biasa. Tapi tak urung aku takjub juga. Dari siapa dia tahu namaku? Dari siapa dia tahu nomer ponselku? Maka kukirim balasan: Maaf Dain, kamu tahu aku dari siapa? Dan Dain segera membalasku. Dia bilang, Rima yang membawa namaku ke Palopo. Rima pula yang sedikit bercerita tentang aku sehingga membuat dirinya tertarik untuk berkenalan denganku.

Cerita sedikit tentang Rima. Rima Febriyanti nama lengkapnya. Dia teman satu kostku di Wisma Grahardi - Jakarta Pusat. Gadis Palopo ini datang ke Jakarta untuk studi advokasi di Lembaga Pendidikan Advokat Gayus Lumbuun, yang gedungnya persis bersebelahan dengan tempat kostku. Karena jarak yang dekat, bukan hanya Rima saja yang memutuskan untuk kost ditempat itu, tapi masih ada Kak Lidya Haw dan Helen Damai Magdalena juga.

Kembali ke cerita sebelumnya, ya. Singkat cerita aku berteman dengan Dain. Kadang telponan, sesekali SMS, dan juga saling kirim email. Enggak rutin, enggak setiap hari atau seminggu sekali kami komunikasi. Seingetnya aja hehe .... Kadang lama sekali aku tak tahu kabarnya. Dia pernah mengabarkan kalau dirinya sedang di Jakarta, tapi saat itu pas aku lagi di Jogja. Pas dia ke Jogja untuk suatu urusan di UGM, pas aku pulang kampung ke Comal. Dan pertemuan itu belum pernah ada sampai sekarang.

O ya, sejak berkenalan, aku tidak pernah bertanya berapa usianya, kuliah atau bekerja dimana. Yang kupakai adalah keyakinanku, bahwa dia masih anak kuliahan S1 dan usianya pasti jauh dibawahku. Maka setiap kali dipertemukan dalam obrolan, aku ajak dia berhahahihi saja. Ngobrol ringan seadanya dan apa adanya. Baru setelah lama sekali, aku baru tahu jika dia sudah menyelesaikan program masternya dan menjadi seorang dosen. Setelah aku tahu itu, apakah obrolan kami lantas jadi berubah? Enggak sama sekali! Dan panggilanku terhadapnya juga masih sama, kadang aku memanggil namanya saja, kadang juga aku memanggilnya dengan 'dek'. Sesuka sukanya aku saja!

Dan dua hari yang lalu, setelah sekian lama kabarnya tiada, Dain mengirim inbox di fb ini: Mbak, aku membuat blog untukmu. Tapi kalau nggak suka, boleh dihapus kok .... Tanpa tidak lupa menyertakan tautan.

Ahai, dengan segera aku meluncur ke sana. Dan aku takjub. Sebuah blog sederhana yang masih agak acak itu aku nikmati dengan senyum.

Terima kasih, Abdain Rahim. Terimakasih telah membuatku bahagia. Semoga tetap sakinah, mawaddah, warahmah keluargamu. Semoga cepat rampung studi doktoralmu. Meski sampai sekarang aku belum tahu, siapa sebenarnya yang lebih tua, aku atau kamu. Tapi kau tetap 'adek' di hatiku.

TENTANG RINDU

sudah berapa lama kita bercengkerama
dalam cinta
melewati kemarau
menikmati hujan yang turun

hari ini kupersembahkan
setangkai mawar biru
rinduku padamu ....

PELABUHAN TERAKHIR

Memang benar rumah itu cantik, tapi tidak mewah. Rumah itu manis, tapi tidak ‘wah. Rumah cantik dan manis bukan identik dengan kemewahan dan perabotan mahal, tetapi bagaimana sang pemilik menata semua miliknya yang sederhana menjadi sesuatu yang cantik dan menarik. Dan itu bukan suatu pekerjaan yang susah. Intinya adalah keikhlasan. Dengan ikhlas menerima apa yang menjadi milik kita dan menatanya dengan segenap hati dan jiwa, maka semuanya akan nampak indah dan menarik hati. Dan itu yang dilakukan Tio, pemuda lajang yang mulai mencoba menerapkan prinsip-prinsip islami di dalam kehidupannya ....

Tiket Menuju Surga

Surga dan nerakanya kita bukan manusia penilainya. Tetapi perbuatan baik yang dinilai manusia merupakan salah satu tiket jalan kita menuju surga

Di bawah rintik hujan

Seharian ini aku pergi jalan-jalan. Jalan kaki! Di bawah rintik hujan, dikeramaian kota Jakarta. Kupikir aku akan kelelahan. Tapi ternyata enggak. Aku pulang dan sampai rumah aku sangat hepi. Ternyata tenagaku masih sangat muda, dan aktivitas jalan kaki masih sangat menyenangkan.

Mangut Ikan Pari


Lembang dalam Kenangan

Tadi sore kami jalan-jalan ke Lembang. Pas di Pabrik Tahu Susu, aku melihat orang yang mirip Andry Masri sedang foto-foto. Aku sempat bilang ke Kak Nina: Sepertinya itu temenku di fesbuk, deh. Dan ketika ingin kudekati, kakakku itu nyeletuk, kalo bukan gimana? Seperti orang yang hilang nyali, aku surut hahaha .... Tapi sambil jalan aku kepikiran terus. Aku yakinkan ke Kak Nina kalo dia yang kulihat itu benar-benar Andry Masri. Dan katanya: Daripada penasaran, dekati deh ... Dengan segera aku berlari (meski sejak kaki kiriku patah, lariku tidak secepat maling), ke halaman luas dengan mata mencari-cari. Dan kudapati dikejauhan dia, lagi-lagi sedang berfoto. Setelah dekat, kakiku mendadak berhenti. Jangan-jangan dia bukan Andry dan teguranku hanya mengganggunya saja. Akhirnya aku balik arah lagi. Kaco yah hahaha ....
Di sini aku ingin bertanya padamu, Pak Dosen: Apakah tadi sore engkau berkunjung ke Pabrik Tahu Susu, dan orang yang kulihat itu betul-betul dirimu?

Pernikahan


 Menurutku,PERNIKAHAN adalah Rumah. Dan Rumah adalah tempat dimana penghuninya selalu rindu untuk pulang, dimana cinta dan perhatian senantiasa tercipta dalam kebersamaan. Rumah adalah tempat dimana penghuninya saling mencurahkan kasih sayang.
Semoga selamanya tidak akan ada kata-kata: Suami itu ketika di rumah. Begitu keluar pagar, biarlah dia bebas seperti burung terbang....
Tetaplah menjadi contoh yang baik untukku hehehe ....— bersama Daniel Goenarso dan Nina Arimurti

KASTUBA


Aku mengenal tanaman ini bertahun-tahun yang lalu. Saat itu Kastuba aku temui di rumah Mbah Mi, perempuan tua yang menyayangiku dan aku sayangi. Berjajar merimbun sebagai pagar, Kastuba sangat semarak dengan pucuk daunnya yang berwarna merah. Dulu aku suka bermain-main dengan bunganya. Juga memanfaatkan getahnya sebagai obat luka. Baru sekarang aku tahu, ternyata Kastuba bunga lambang Natal juga. Siapa yang di rumahnya menanam Kastuba? Ada?

BUNGA PEPAYA


Pohon Pepaya Jantan atau kalau di kampung halamanku disebut Gandul Lanang, sudah aku akrabi sejak aku masih imut-imut. Tapi sejauh itu, pohon yang bunganya bertangkai panjang dengan buah kecil-kecil itu, tidak bermanfaat sama sekali. Hanya sesekali daunnya dipetik untuk dijadikan Sayur Urap atau Oseng-Oseng. Selebihnya, buah dan bunga hanya sering aku dan teman-teman gunakan untuk main pasar-pasaran.
Kini aku mengakrabi bunga itu lagi. Bukan untuk mainan, tapi untuk dimasak. Ya, sekarang aku gemar memasak oseng-oseng bunga pepaya. Rasanya yang sedikit pahit itu, jika sudah tercampur dengan bumbu dan teri, akan memberikan sensasi yang dahsyat. Itu untukku lho, orang sederhana yang menggemari masakan sederhana pula.

BITTERBALLEN

BITTERBALLEN RASA PERKEDEL
Sejak semalam Eyang tuh minta Bitterballen. Katanya: Besok bikinin Eyang yang itu, yang waktu kita di Bandung, ya. Maka aku menyebutkan satu persatu makanan yang Eyang makan. Dan ketika ucapanku jatuh ke Bitterballen, Eyang mengangkat jari telunjuknya, untuk menegaskan bahwa itu yang diinginkannya.
Sebenarnya Eyang tuh sudah lupa bentuk dan rasa makanan. Lupa namanya juga. Sebagai contoh nih, dia minta tempe. Tetapi ketika diberi tempe dan kemudian memakannya, dia masih tanya: Ini apa?
Dan siang ini aku membuat Bitterballen. Dengan bahan yang minim hehe ... Pas Bitterballen itu matang, pas kakakku datang. Dengan lantangnya aku menjerit: Mbak Lisa ..., Pupung bikin Bitterballen! Cobain, deh! Dia lalu mengambilnya, dan memakannya dan .... senyumnya sangat lebar penuh ledekan: Ini bukan Bitterballen, Sayang, tapi Perkedel!
Tapi selalu, seperti yang sudah-sudah, sebagai kakak yang baik, dia selalu memujiku: Tapi rasanya enak, kok. Sangat enak ....

Persahabatan Yang Manis

Berapa lama aku hidup denganmu? Bukan hanya dalam naungan atap yang sama, tapi kamarku adalah kamarmu jua. Bukan kesamaan yang membuat kita bersatu, tapi perbedaan yang tak pernah menghalangi kita untuk bersama. Ya, kau dengan sukarela membangunkanku dikala sahur dan menemaniku makan dikala waktu berbuka tiba. Kau juga yang dengan sangat paniknya menolongku ketika dengan tidak sengaja aku meminum cairan anti septic.
Demikian juga denganku. Aku ikhlas ketika harus menjemputmu sepulang misa malam, membangunkanmu di sunyi malam untuk novena atau mengantarmu ke gereja ketika hari minggu tiba. Persahabatan yang manis. Beda tapi saling cinta. Selamat Natal, Dyah Indriyani. Selamat Natal sahabat, bagi kalian yang merayakannya .... MERRY CHRISTMAS!

PUISI UNTUK BUNDA


Bunda,
engkau adalah kesiur angin, yang mengirim kesejukan
bukan badai yang memporakporandakan kehidupan
engaku adalah rintik hujan, yang mengirim kesuburan
bukan banjir bandang yang meluluhlantakkan seluruh alam
engkau adalah bukit kehijauan, yang menawarkan keindahan
bukan gunung api yang menyemburkan awan panas dan gas belerang
engkau adalah matahari pagi, yang memantulkan kehangatan
bukan kobaran api yang memberangus pemukiman
engkau adalah tanjung harapan, yang memberi janji kebahagiaan
bukan gempa dahsyat yang membuat jerit tangis kepiluan
engkau adalah samudra luas tak berbatas, yang penuh rengkuhan kasih sayang
bukan gelombang tsunami yang menumpahkan derita berkepanjangan

Bunda,
engkau adalah rumah
tempat istirah
bagi jiwa putramu yang lelah