Pages

Korban Penghakiman


Teman, kamu tidak bisa menyeragamkan pikiranku, pikirannya, pikiran mereka dengan .... pikiranmu! Kita masing-masing punya pendapat yang berbeda dalam menyikapi hidup. Jika kamu berpijak di jalan kesucian para nabi, itu pilihanmu. Dan jika kamu menganggap bahwa jalan yang kupilih adalah jalan bagi mereka yang sesat, itu juga pilihanku. Pilihan kami! Mengingatkan boleh saja. Tapi menghakimi, apa hakmu? Jika apa yang aku tulis tiada berguna bagimu, abaikan. Jangan kau baca. Jika perlu remove saja aku! Atau blokir sekalian. Itu lebih baik. Karena yang berhak menjadi hakim di sini hanya Mark Zuckenberg. Jika dia sebagai Tuhan-nya Facebook saja enggak pusing, mengapa kalian yang hanya sekedar teman tujuh keliling lebih pusing???
Mulai hari ini ada satu teman yang terpaksa mengundurkan diri karena korban sebuah penghakiman. Padahal postingan-postingannya selalu dinanti banyak orang. Pesanku Ade, jangan terlalu lama dalam pertapaanmu. Sungguh aku tak akan mampu menanggung beban rindu ....

Lalatpun Jadi Sasaran Bidikan


Kemana-mana aku membawa kamera saku. Jika ada obyek yang menurutku bagus, aku akan segera membidiknya. Ini mengundang rasa heran orang-orang yang melihat. Hal-hal kecil yang ada di pagar rumah tetangga atau pernik unik yang kutemui di jalan, tak luput dari sasaran tembakku. Membuat orang sering melontarkan pertanyaan dengan: Gitu aja kok difoto sih, Mbak ..?
Yup, hal-hal kecil yang bagi mereka nothing, enggak ada artinya sama sekali, bagi aku justru berharga. Maka orang akan geleng-geleng kepala ketika melihatku fokus memotret setangkai bunga rumput yang amat kecil.
Tapi rupanya aku tidak sendirian. Pak Glenn Durdin justru melakukannya sudah sejak lama. Setiap menjalani aktivitas jalan cepat di pagi hari sejauh 8 km dengan catatan waktu tempuh harus 1 jam 15 menit ini, disepanjang jalan penglihatannya akan me-liar mencari sasaran. "Biasanya tanaman hias yang baru berbunga dengan angle dan posisi sudut bidik yang bagus yang akan menjadi sasaranku," katanya.
Tetapi ternyata bukan itu saja, karena ia masih melanjutkan, "Lalatpun jadi sasaranku jika aku ke pasar."
Nah ..., kan?
Ternyata aku ada teman hehe ....


Bima

Aku bertemu dengannya, ketika ia sedang menetek ibunya. Melihat aku mendekat, ia langsung melepas puting susu dan tersenyum dengan sangat manis. Reflek ia mengangkat kepala dan tersenyum makin lebar ketika tanganku terulur. Maka hanya butuh beberapa detik aku sudah memeluknya dengan sepenuh kehangatanku. Bima! Selama dalam gendonganku, ia tak mau digantikan dengan yang lain. Pun ketika waktunya berpisah, ia mencengkeram lenganku kuat-kuat, tak mau dilepaskan. Rupanya aku dan dia sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama.

Desain Interior Rumah Super Minimalis

Ngadem di IKEA kemarin dan melihat contoh desain interior rumah super minimalis, aku jadi berandai-andai. Bagaimana jika seandainya aku punya lahan yang amat luas dan di tengah-tengahnya aku bangun rumah super minimalis? Kemudian sisanya murni untuk penghijauan. Akan kutanami batang-batang pohon yang kelak akan tumbuh merindang, berbagai macam tanaman bunga warna-warni, juga sayur mayur yang setiap hari akan melengkapi nutrisiku. Aih ..., indahnya dunia! Haha ....

Selamat jalan, Chandra Johan


Aku mengenal Chandra Johan dengan cara yang tidak biasa. Awalnya teman baikku, Em Yu curhat, jika ia sangat menggemari karya-karya Chandra Johan. Namun, sebagai sesama jebolan FSRD ITB, Em Yu tidak kenal secara pribadi. Padahal ia sangat ingin ketemu dan ngobrol panjang. Kebetulan saat itu aku sedang mengerjakan majalah baru dan butuh nara sumber untuk halaman profil. Aku bilang ke Em Yu: Oke, Mas Yu akan bisa kenalan dengannya, asal beritahu dimana aku bisa menghubunginya. Lalu Em Yu menyebut sebuah galeri lukisan yang ada di Plaza Indonesia yang senantiasa memajang karya-karyanya. Sore itu juga kami meluncur ke sana. Tidak serta merta bertemu dengan Chandra Johan, tapi kami mengantongi nomer HPnya dari Mbak Penjaga. Langsung kuhubungi ponselnya. Chandra Johan menerimaku dengan ramah. Sayang, hari itu sudah kemalaman. Jadi kami hanya membuat janji untuk bertemu dikeesokan hari.
Keesokan harinya kami bertemu. Aku, Chandra Johan dan Em Yu. Di galeri yang kemarin sorenya aku dan Em Yu kunjungi. Ternyata Chandra Johan sangat ramah. Bertemu dengannya selayak jumpa kawan lama saja. Langsung akrab! Obrolan mengalir laksana air. Hari itu ia hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan Em Yu. Juga foto-foto. Tentu dengan latar belakang lukisan-lukisannya yang terpajang di galeri itu. Jatah wawancara untukku keesokan harinya lagi. Di TIM! Markasnya sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta.
Singkat cerita, aku datang ke TIM! Waktu itu ruangan sedang riuh. Ada Nungky Kusumastuti, Chandra Darusman, Dede Eri Supria, dan entah siapa lagi aku lupa. Yang aku ingat, aku diperkenalkan dengan mereka satu persatu. Sejak saat itu aku berteman dengannya. Aku pernah beberapa kali datang ke studionya di bilangan Kramat. Belajar melukis! Meski pada akhirnya, aku nggak berhasil hehe ....
Dan hari ini, tepatnya pukul 9 pagi, aku dikejutkan dengan inbox yang berisi: Chandra Johan telah berpulang dini hari tadi, Nduk .... Inbox dari Om Nadjib sungguh membuatku tercekat.
Selamat jalan, Mas Chandra Johan. Bagimu surga diluaskan ....

Titik Balik - 2

Membaca Titik Balik aku lakukan di pagi hari selepas jogging dan sore hari ketika menunggu buka puasa tiba. Di bab 4 sampai bab 6, aku seperti melihat masa kecilku. Jika Rani sudah lancar membaca bahkan sebelum masuk sekolah, aku sudah membaca novel ketika kelas 3 SD. Tetapi untuk membaca Al-qur'an menjadi sangat berrbeda. Rani mampu membaca Al-qur'an dalam posisi terbalik dan hapal semua ayat, sedangkan aku tidak. Dan aku takjub! Hehe .... Tapi untuk urusan permainan, kupikir tak ada beda. Apa yang Rani lakukan, aku lakukan juga. Aku memiliki kegembiraan yang sama dengan Rani. Bedanya, aku kecil masih berkelimpahan kasih sayang Bapak dan Ibu, sedangkan Rani statusnya sudah menjadi anak titipan. Kasihan? Sama sekali tidak! Rani tidak merasa kekurangan kasih sayang. Bahkan ketika anak-anak lain hanya punya satu Bapak, Rani merasa punya empat. Ibunya tak pernah melahirkan kakak laki-laki, tetapi ia punya Abang yang melindungi. Hari-harinya selalu riang gembira. Maka kepada Avatar ia berujar: Barangkali itulah sepotong kecil surga pada suatu masa.
O ya, aku ingin tanya, Boneka Dari India itu diciptakan tahun berapa, ya? Kok Rani kecil sudah bisa menyanyikannya?
Ayahku kan tiba
datang dari India
membawa boneka
yang cantik jelita
oh, sayang ....
Novel ini bagus, Temans. Mengalir, manis dan tak menggurui. Aku tidak meminta atau menyuruhmu untuk membeli. Tetapi kalau tak membacanya, kau akan rugi hihi .... ‪#‎Iklan‬
Penting: Jika nanti buku ini cetak ulang, ada baiknya disertai dengan pembatas buku. Biar nggak susah dalam menandai halaman, ok?

Di Kebun Raya

Aku salah satu mahluk (hihi ....) yang mencintai pohon. Meski pohon favoritku Belimbing Wuluh, aku tidak serta merta mengenyampingkan pohon yang lain. Apalagi jika pohon tersebut termasuk katergori baru bagiku. Kategori di sini artinya aku baru pertama kali melihat.
Nah, waktu di Kebun Raya, aku melihat pohon baru itu: Saputangan Jambon. Sangaaat cantik! Jika aku terkagum-kagum ketika untuk pertama kalinya melihat pohon Pucuk Merah dan Chinar, terhadap Saputangan Jambon aku tak kalah takjub. Kok ada ya, pohon yang semua daun mudanya merah mengkilap dan akan nampak berkilau ketika terjamah sinar matahari? Didorong oleh rasa kagum, takjub sekaligus terpesona, aku ingin diabadikan dengannya. Berfoto dengan latar belakang pohon ajaib ini. Maka sebelum pulang, aku berlari ke tengah jalan. Dengan membelakangi Saputangan Jambon, aku bergaya dengan perasaan was-was. Was-was karena banyak mobil yang melintas. And tarraaaaa, foto di bawah adalah hasil cekrikan kamera HP Tatya. Buram ya haha .... Itu k
arena jarak yang dipotret dan yang memotret sangat jauh. Fotografer takut dicium mobil yang beruntun melintas hihi.....


Berkunjung Ke Kebun Raya


Waktu Indri kos denganku dan bilang jika dia belum pernah sekali pun mengunjungi Candi Prambanan, aku sempat geleng-geleng kepala. Enggak percaya! Bagaimana mungkin? Dia lahir di Klaten. Kuliah pun di Jogja. Pergi - pulang kuliah dia melewati Prambanan. Bagaimana mungkin dia belum pernah sekali pun masuk ke area itu?Tetapi itulah kenyataannya! Dan ternyata hal serupa terjadi padaku. Puluhan tahun aku hidup di Jakarta. Aku juga sering mengunjungi Puncak, karena dua kakak sepupuku tinggal di sana. Tetapi kenapa tak sekali pun kupijakkan kaki di Kebun Raya? Terkadang aku suka heran sendiri. Sering punya niat untuk datang, tapi tak pernah kesampaian. Selalu saja, Kebun Raya hanya aku nikmati dari dalam angkutan.
Dua hari yang lalu akhirnya kesampaian mengunjunginya. Bertiga dengan temenku, aku ketawa-ketiwi di sana. Belum tereksplor semua, karena hanya dua jam saja. Tapi meskipun begitu, minimal aku sudah bisa cerita tentang suasana di Kebun Raya haha ....

Masa Kecil-ku

Masa kecil aku berambut panjang. Karena dimasa-masa itu aku masih diurus oleh orang tua dan kakak.Memasuki usia SMP, aku harus lebih mandiri. Harus mandi dan keramas sendiri. Pokoknya diwajibkan mengurus diri sendri. Jadi dimasa itu rambutku dibabat hingga tinggal beberapa senti saja. Ternyata berambut pendek itu nyaman. Keramas setiap hari menjadi lebih mudah. Cara mengeringkannya pun gampang, tinggal mengibaskan kepala ke kiri dan ke kanan, keringlah sudah. Maka rambut pendek bertahan sampai berpuluh-puluh tahun. Sampai aku tua haha .... Sampai kemudian seorang kakak menginginkan aku memanjangkan rambut lagi. "Aku ingin melihatmu menjadi perempuan," katanya.
What?
Apakah selama ini aku belum terlihat sebagai perempuan? Aku memang tidak bisa menjahit, tapi aku bisa memasak dan merangkai bunga. Tingkah dan suaraku memang agak serudukan, tapi aku menyimpan banyak sekali kasih sayang ‪#‎lol‬.
Tapi baiklah, jika berambut panjang bisa memberi nilai tambah, aku akan memanjangkannya lagi. Agak-agak ribet, sih. Tapi melihat Eyang, Kak Nina dan Dena menyukai rambutku yang gondrong, aku rela dengan ribetku ini.

Pasangan sejati?

Inikah yang disebut soulmate? Pasangan sejati? Kemana-mana selalu berdua. Melakukan segala sesuatunya berdua. Kerja berdua, masak berdua, momong Eyang berdua .... Bahkan mengintip pun dilakukan berdua!
Tetaplah rukun dan saling menjaga hingga akhir usia ya, Kakak. Tetaplah menjadi contoh terbaik untuk adikmu ini hihi ....

Titik Balik

Meski baru membaca sampai bab 2, aku berani merekomendasikan padamu Temans, bahwa TITIK BALIK sangat layak untuk dibaca. Ketika Katharina menawari si Neng dengan: Ambillah cuti, nanti kamu kuantar keliling Nusa Tenggara! aku yakin banget jika novel ini akan membawa kita ke petualangan yang menakjubkan. Bertemu Avatar, aku teringat dengan Rani yang terus ditempel lelaki jangkung keren yang fotonya pernah diunggah di sini. Benarkah Avatar itu sejatinya adalah 'dia'?

Berfoto

Jika hanya ingin berfoto di tanah lapang dan berpanas-panasan, mestinya nggak usah ngotot ke Kebun Raya. Di lapangan bola juga bisa, kan?

Puisi Lebaran

Ini puisi LEBARAN-nya Om Bambang Sadono yang aku baca di Majalah Krida ketika kelas 2 SD. Aku mengingatnya sampai sekarang. Tapi nggak yakin juga. Mungkin ada satu atau dua kalimat yang lupa. Maafin ya, Om. Semakin tambah usia, semakin berkurang ingatannya hahaha ....
takbir menggema di puncak menara
Allahu akbar ... Allahu akbar ...
beribu muslim bersimpuh di tanah lapang
bertikar hijaunya rerumputan
bemandi cahaya putih keemasan
"padamu Tuhan, kutumpahkan segala pengakuan
karena aku tahu, hanya Engkaulah segala maha
samudra ampunan ..."

Saputangan Jambon


Ada banyak pohon yang menarik perhatianku di Kebun Raya kemarin. Salah satunya Saputangan Jambon alias Pink Handkerchief Tree. Pohon dengan nama latin Maniltoa Browneoides Harms (Leguminosae) ini konon berasal dari Australia Utara, Kepulauan Selat Torres dan Papua Nugini. Ada beberapa jenis pohon Saputangan di Asia Tenggara, semua dicirikan dengan dedaunan khasnya. Daun baru membentuk di dalam kelopak yang kemudian membuka dan melepaskan beberapa daun lembut berwarna putih atau merah muda. Gabungan daun baru ini mirip saputangan bergelantungan di ranting-ranting pohon. Setelah beberapa hari, daun baru akan mengeras dan menghijau berkilat.
Pohon ini biasanya tumbuh di hutan hujan dan hutan semusim. Karena bentuk tajuknya yang unik, warna daunnya yang indah serta polongnya yang berbentuk ginjal, maka tumbuhan ini sering ditanam sebagai pohon hias. Katanya sih, pemeliharaan pohon ini tidak sulit dan mudah diperbanyak dengan biji.
Aku tertarik dengan pohon ini. Setertarik aku dengan Chinar. Tetapi aku belum mendapat bijinya kemarin. Mungkin lain kali. Pohon apa yang menarik bagimu, Temans?

Hujan Puisi: Kurnia Effendi


Ketika kami kecil, Ibu gemar sekali mendongeng. Setiap malam sebelum tidur, kami berlima berdesakan dalam satu kamar demi mendengarkan cerita Ibu. Sedikit besar, aku mulai gemar membaca. Membaca apa saja. Tetapi kupikir aku mencintai puisi. Dan puisi yang kubaca pertama kali adalah LEBARANnya Bambang Sadono yang dimuat di Majalah Krida. Saat itu aku kelas 2 SD.
Semakin beranjak besar, kesukaanku bertambah. Bukan hanya puisi, tetapi juga cerpen dan novel. Temans percaya, jika novel pertama yang aku baca Tatkala Cengkeh Berbunga-nya Sari Narulita? Novel kepunyaan kakak sulungku itu kubaca ketika aku duduk di kelass 3 SD. Dan di tahun itu pula aku mulai membaca Anita Cemerlang. Dari sana aku mengenal Tina K., Ninuk Retno Raras, Nurul Inayah AK., Kurnia Effendi, Tika Wisnu dan sebagainya. Juga ada Astuti Wulandari, Yanie Wuryandari dan Julie Ikayanti. Ketiganya bukan hanya kukenal karyanya, tetapi kami punya kedekatan dalam arti yang sesungguhnya ketika aku memasuki dunia kerja. Bahkan kupikir, Julie Ikayanti turut membentuk kepribadian yang kumiliki sekarang. Oh ya, aku suka dengan Anita & Her Gank-nya Adek Alwi. Barangkali itu serial paling fenomenal di jamannya, ya haha.
Aku juga suka antologi. Puisi! Dari beberapa buku antologi, aku suka dengan antologi Puisi Dari Negeri Poci. Menurutku puisinya keren-keren. Isi dan bahasa rasanya aku banget.
Dan sebagai umat islam, tentu aku menyukai Ramadhan. Bulan yang mengharuskan kita berpuasa selama sebulan penuh itu selalu kutunggu kedatangannya. Tetapi yang menambah kerinduanku terhadap Ramadhan belakangan ini adalah puisi-puisinya Kurnia Effendi. Sejak Senarai dibuat (2012?), aku terus mengikutinya sampai Ramadhan kemarin. Aku berharap Ramadhan kali ini pun fesbuk akan dihujani puisi-puisi kerennya. Puisi khas Kurnia Effendi. Ditunggu lho, Mas Kef. Dan jangan telat postingnya, ya ....

Temans, jika di Ramadhan kali ini aku menunggu puisinya Kurnia Effendi, kalian menunggu apa atau siapa???

Dinner

Makan malam kali ini agak istimewa. Pertama, Eyang terlihat bahagia. Kedua, hari ini ulang tahun Mbak Lisa. Meski formasinya sedikit sekali karena banyak yang absen, tetapi tak sedikit pun mengurangi kebahagiaan kami.

Kau adalah cintaku abadi ....

Bahwa kemudian aku jatuh cinta kepadamu, itu betul. Dan kau benar-benar mencintaiku, juga tak pernah kusangsikan. Bukankah sendu sinar matamu telah banyak bicara, rindumu merimbun bagai sulur-sulur daun di pokok dahan yang rindang?
Dan pada akhirnya, cintalah yang membawaku untuk terus memperhatikanmu. Ikut tertawa pada gembiramu, turut bersedih dalam dukamu, dan terluka ketika nestapa menyapamu.
Bagiku, kau adalah matahari. Api yang menghangati. Titik embun yang menyejuki. Silir angin yang mengirim kesegaran pagi hari. Kau adalah cintaku abadi ....

Rindu

matahari tak mampu menghentikanku
mengetuk pintumu
ada desir suara menahanku
:tunggu dulu, apa dia betul-betul mencintaimu?
entahlah
manakala denting menyentuh rasa
maka rindu dan keinginan mengalahkan logika

kuketuk pintumu dan berharap kau
melihat kehadiranku ....

Jamu Bugar Kunyit Asem Beras Kencur

Ternyata bukan hanya Antibiotik, obat yang bersifat Analgesik pun sekarang menyakiti lambungku. Sudah waktunya beralih ke obat-obatan herbal.
Gambar di bawah adalah jamu bugar Kunyit Asem Beras Kencur bikinan sendiri. Jamu pereda nyeri datang bulan sekaligus berkhasiat untuk kebugaran tubuh, juga menghaluskan kulit. Rasanya sangat nikmat. Lebih dari sekedar jamu biasa. Siapa mau coba?

I love you, Om ....

Entah kapan persisnya kami berteman, aku tidak tahu. Dan siapa yang meminta pertemanan terlebih dahulu pun, aku juga lupa. Yang aku ingat adalah, ketika tiba-tiba ia datang di inbox mengucapkan Selamat Ulang Tahun. Waktu itu pukul setengah empat di Kamis dini hari, ketika ia selesai tahajud dan aku hampir menyelesaikan sarapan pagiku. Sejak saat itu kami berteman dalam arti yang sebenarnya. Inbox-an, saling komen di wall dan sesekali diselingi dengan panggilan telpon.
Asik banget ngobrol dengannya. Aku bisa cerita tentang banyak hal. Begitu juga sebaliknya. Diskusi tentang karya. Skenario, cerpen .... Bukankah dibidang itu ia termasuk kategori suhu? Lantas ia mengirimiku buku-bukunya, juga FTVnya dalam bentuk compact disc. Tentu aku kegirangan, dong hehe ....
Suatu ketika diskusi beralih ke sikap dan perilaku. Di sini kami menjabarkan mana sikap dan perilaku yang baik dan mana yang tidak baik menurut versi kami. Tiba-tiba ia nyeletuk, "Ternyata kadar keimananmu lebih baik ketimbang aku," katanya.
What? Kekagetan melompat begitu saja. Bagaimana mungkin? Aku kan celele'an banget. Ngomong seenaknya, dalam bersikap pun kadang semaunya. Aku sering kelewatan dalam bercanda!
Tapi beberapa waktu lalu, dalam nada canda ia mengingatkan: Kamu belum pernah menulis tentang aku lho, kecuali dalam hati ...?
O ya?
Oke jika begitu. Aku akan menulis tentangmu. Tentang kebersamaan kita. Dan ini yang sedang aku lakukan. Kebersamaan antara engkau dan aku, ayah dan anak. Semoga Kedekatan dan kebersamaan ini akan baik-baik saja. Sebagai anak, rasa hormat yang besar aku berikan padamu. Juga kasih sayangku!
I love you, Om ....

Senang Manjat Pohon

Dulu aku suka sekali memanjat pohon, Temans. Dari kanak-kanak sampai dewasa aku tak pernah bosan melakukannya. Kakiku patah, barulah aku berhenti. Tapi hari ini aku mencobanya lagi. Manjat pohon mangga untuk mengambil buahnya. Maksud hati sih, biar dicolong Agil saja. Tapi sampai karatan aku menunggu, batang hidungnya tak tampak jua. Akhirnya kupetik sendiri, kunikmati sendiri .... Eh, ada yang mau rujakan denganku?

Apa Yang Mesti Kutuang

apa yang mesti kutuang
fajar - senja
terik - hujan
sudah sering aku tuliskan
cinta - luka
rindu - dendam
pahit - manis kehidupan pun
sudah sering aku sampaikan

satu yang ingin kutanyakan
:tidakkah semua ini membuatmu bosan
temans?
Jangan‬ protes jika ilustrasi nggak cucok blass, ini gara-gara lupa ingatan. Kupikir hari ini kakakku Ultah, dan kembang mawar itu untuknya. Ternyata salah. Kepikunan memang selalu seiring sejalan dengan ketuaan haha....

Sebening Embun

aku ingin
kala tidurku terbangun
di bingkai jendela ada wajahmu
sebening embun ....

Hamba

Ya Allah,
jadikan aku hamba yang lebih ingin
menghibur daripada dihibur
memahami daripada dipahami
mencintai daripada dicintai
sebab dengan memberi aku menerima
dengan memaafkan aku dimaafkan
dan dengan cinta aku bisa bangkit
dan hidup kembali ....


Brotowali

Jika Mas Badiyo tak pernah mengunggah pohon kelor, pasti yang ada di kepalaku hingga sekarang, kelor adalah tumbuhan merambat semacam ubi jalar atau tumbuhan rambat lainnya. Aku nggak akan pernah tahu jika ternyata tumbuhan yang daunnya bisa disayur bening itu termasuk tumbuhan berkayu keras dan bisa tumbuh tinggi melebihi atap rumah. Dan jika dua hari yang lalu aku tak mengobrol dengan tetangga depan rumah, aku nggak akan pernah tahu jika brotowali merupakan tumbuhan rambat. Karena yang tersimpan di memori otakku selama ini adalah brotowali itu semacam tanaman umbi-umbian seperti: kunyit, jahe, lempuyang dan lain sebagainya.
Dua hari yang lalu, selepas aku olah raga pagi, kulihat tetangga depan rumah sedang bersih-bersih halaman. Sebagai tetangga yang baik, tentu aku menyapa. Dari awalnya yang hanya menyapa, akhirnya kami ngobrol-ngobrol. Ini obrolan pertama setelah sekian lama bertetangga. Biasanya kalau pas ketemu atau berpapasan, kami cuma sekedar tersenyum dan mengangguk. Maklumlah, dia orang sibuk. Sinetronnya banyak, begitu pula dengan iklan-iklannya. Menjelang puasa nih, biasanya wajahnya akan hilir mudik di layar kaca mengiklankan berbagai macam produk: sarung, sirup, biscuit dan lain sebagainya. Temans tahu siapa dia? Dia adalah Tasman Tahir. Lelaki sederhana yang tak pernah menunjukkan jika ia seorang bintang. Pembawaannya santun dan lemah lembut. Senyumnya ramah. Apalagi? Tetangga seperti ini yang aku butuhkan hehe ....
Ketika obrolan kami sampai pada tumbuh-tumbuhan yang merimbun di halaman rumahnya, tatapanku jatuh pada tumbuhan rambat yang daunnya mirip sirih. Apa ini?
"Itu Brotowali, Mbak," katanya.
"Brotowali yang untuk jamu? Yang pahit itu?" tanyaku tidak yakin.
Dia mengangguk. "Iya, betul ...."
"Oh ...."
"Kenapa?"
"Kupikir brotowali bentuknya seperti kunyit hehe ..."
"Oalah ...," Dia ikut tertawa.
O ya, selain brotowali, di rumah Pak Tasman juga tumbuh tanaman rambat lainnya: sirih dan pohon cincau. Sirih ini sering aku minta hampir setiap minggu. Mintanya bukan dengan Pak Tasman tapi dengan Mbok Yem, perempuan yang gemar tersenyum, sama seperti pemilik rumahnya.
Udah, ceritanya gitu aja hehe ....