Pages

Berbagi Cerita

Di pagi menjelang siang, ia datang padaku. Tanyanya, "Sedekat apa Pupung sama Ayah?"
"Sangat dekat. Apalagi setelah Ibu pergi dan kakak serta adik menikah, kami semakin dekat," jawabku.
"Apakah hal-hal yang paling pribadi juga Pupung ceritakan ke Ayah?"

"Misalnya?" Aku bingung.
"Ketika mendapat haid pertama kali, misalnya."
"O, tidak." Aku menggeleng. "Tidak sedetail itu aku ke Ayah. Btw, ada apa, sih? Apa yang sebenarnya ingin kau tanyakan? Sepertinya sangat penting ...?"
"Putriku ..."
"Kenapa dengan putrimu?"
"Boleh aku cerita ke Pupung? Tidak mengganggu?"
"Tentu, boleh. Dengan senang hati, malah," anggukku antusias.
Kemudian ia cerita tentang putrinya yang menikah lima bulan yang lalu. Sepulang joging ia langsung disambut sang putri yang memeluknya di teras rumah. Tentu saja ia kaget. Sebelum sempat bertanya, si putri telah berbisik di telinganya: Aku hamil, Papa. Lantas tangannya mengacungkan test pack yang bertanda positif. Tentu saja ia, temanku itu, bahagia bukan main. Putri kesayangannya bakal memberinya seorang cucu. Baginya berita itu adalah kado ulang tahun sekaligus natal yang terindah. Tanpa menunggu detik berlalu, ia balas memeluk. Mendaratkan ciuman sepenuh kasih di pipi putri kesayangannya.
"Maaf, jika ceritaku tidak menarik. Tetapi ntah mengapa, aku ingin berbagi bahagia denganmu." Ia menyudahi ceritanya.
"Hey, aku suka cetitamu. Sangat suka! Sampaikan salam termanisku untuk Nyonya Muda yang sedang berbahagia itu. Mudah- mudahan kehamilannya sehat, tak terkendala apapun. Selamat untukmu juga. Bersiaplah untuk menjadi Opung.
Mestinya tulisan ini kuunggah persis di Desember dua lima. Selain untuk hadiah natal, hari itu juga adalah hari ultahnya. Tetapi aku ...?
Maafkan. Manusia selalu dilingkupi keterbatasan-keterbatasan.
Selamat Ulang Tahun, Nelson Siahaan
Aku berharap selamanya kita akan menjadi teman.

0 comments:

Post a Comment