Pages

Kau tetap 'adek' di hatiku

Suatu siang hampir sepuluh tahun yang lalu, sebuah SMS masuk ke ponselku. Isinya: Boleh kenalan, Mbak Pupung? Aku Dain, dari Palopo. Sebuah SMS sederhana, permintaan perkenalan biasa. Tapi tak urung aku takjub juga. Dari siapa dia tahu namaku? Dari siapa dia tahu nomer ponselku? Maka kukirim balasan: Maaf Dain, kamu tahu aku dari siapa? Dan Dain segera membalasku. Dia bilang, Rima yang membawa namaku ke Palopo. Rima pula yang sedikit bercerita tentang aku sehingga membuat dirinya tertarik untuk berkenalan denganku.

Cerita sedikit tentang Rima. Rima Febriyanti nama lengkapnya. Dia teman satu kostku di Wisma Grahardi - Jakarta Pusat. Gadis Palopo ini datang ke Jakarta untuk studi advokasi di Lembaga Pendidikan Advokat Gayus Lumbuun, yang gedungnya persis bersebelahan dengan tempat kostku. Karena jarak yang dekat, bukan hanya Rima saja yang memutuskan untuk kost ditempat itu, tapi masih ada Kak Lidya Haw dan Helen Damai Magdalena juga.

Kembali ke cerita sebelumnya, ya. Singkat cerita aku berteman dengan Dain. Kadang telponan, sesekali SMS, dan juga saling kirim email. Enggak rutin, enggak setiap hari atau seminggu sekali kami komunikasi. Seingetnya aja hehe .... Kadang lama sekali aku tak tahu kabarnya. Dia pernah mengabarkan kalau dirinya sedang di Jakarta, tapi saat itu pas aku lagi di Jogja. Pas dia ke Jogja untuk suatu urusan di UGM, pas aku pulang kampung ke Comal. Dan pertemuan itu belum pernah ada sampai sekarang.

O ya, sejak berkenalan, aku tidak pernah bertanya berapa usianya, kuliah atau bekerja dimana. Yang kupakai adalah keyakinanku, bahwa dia masih anak kuliahan S1 dan usianya pasti jauh dibawahku. Maka setiap kali dipertemukan dalam obrolan, aku ajak dia berhahahihi saja. Ngobrol ringan seadanya dan apa adanya. Baru setelah lama sekali, aku baru tahu jika dia sudah menyelesaikan program masternya dan menjadi seorang dosen. Setelah aku tahu itu, apakah obrolan kami lantas jadi berubah? Enggak sama sekali! Dan panggilanku terhadapnya juga masih sama, kadang aku memanggil namanya saja, kadang juga aku memanggilnya dengan 'dek'. Sesuka sukanya aku saja!

Dan dua hari yang lalu, setelah sekian lama kabarnya tiada, Dain mengirim inbox di fb ini: Mbak, aku membuat blog untukmu. Tapi kalau nggak suka, boleh dihapus kok .... Tanpa tidak lupa menyertakan tautan.

Ahai, dengan segera aku meluncur ke sana. Dan aku takjub. Sebuah blog sederhana yang masih agak acak itu aku nikmati dengan senyum.

Terima kasih, Abdain Rahim. Terimakasih telah membuatku bahagia. Semoga tetap sakinah, mawaddah, warahmah keluargamu. Semoga cepat rampung studi doktoralmu. Meski sampai sekarang aku belum tahu, siapa sebenarnya yang lebih tua, aku atau kamu. Tapi kau tetap 'adek' di hatiku.

0 comments:

Post a Comment