Pages

Kamu adalah adikku yang manis

Pupung
"Kamu adalah adikku yang manis, dan aku kakak yang baik untukmu."
Sejak itu kami kerap berbincang. Ia mengedukasiku banyak hal. Terutama tentang kehidupan dan kesederhanaan.
Kemudian ia menawarkan, "Mainlah sesekali ke kantor Mas."
Dan seperti kepada yang lain, jawabku sama, "Kapan-kapan deh, Mas."
"Kapan-kapannya itu kapan? Kalau Mas tawari untuk ketemu di tempat lain pasti kamu tambah nggak mau."
Malu ati, akhirnya aku menyepakati untuk datang.
Di lobi, resepsionis langsung menyambut, "Ibu Pupung?"
Aku mengangguk.
"Bapak sudah menunggu. Silakan ..."
Aku menuju ruangannya. Kuketuk pintu tiga kali. Setelah terdengar suara 'masuk', kuputar handel sambil menjulurkan kepala. "Assalamu'alaikum halo selamat pagi menjelang siang ....," sapaku sambil nyengir-nyengir gak genah. Kadang-kadang pertemuan pertama bikin grogi juga.
"Hei, masuk ...," bibirnya rekah.
Ia menyodorkan tangan untuk salaman. Tapi aku mengajaknya untuk toast. Maka senyumnya sempurna pecah menjadi tawa. "Kamu itu lho ..." Jari telunjuknya menutuk ubun-ubunku. Lalu, "Naik apa ke sini?"
"Dianter Om Will. Tapi kalo ada pertemuan lagi lain kali, trus aku naik ojek boleh, kan?" mataku jatuh ke segala penjuru.
"Naik apa pun boleh, asal jangan ngesot aja."
Aku mesem. Tanganku menjangkau sebuah gitar yang berdiri di pojok ruangan."Gitar yang bagus. Pasti harganya mahal." Kuelus mereknya.
"Adik mau? Boleh kok dibawa pulang."
"Memuji bukan berarti ingin memiliki, Mas. Aku gak gampang tergiur dengan milik orang lain."
"Kamu itu lho," ia geleng-geleng kepala."Kalo yang bicara bukan kamu, Mas sudah tersinggung.
"Sorry ..."
"Untukmu Mas sudah siapkan mental. Bahkan jika kamu ingin membuat ruangan ini seperti pesawat jatuh."
"Kok?"
"Siapa tahu ...? Kamu bilang, kamu suka nggeratak dan petakilan.
Ternyata malah cenderung pendiam."
"Grogi ..."
Ia ber-haha cukup panjang.
Kemudian kami ngobrol. Banyak hal! Ia sering sekali tertawa. Katanya aku ini lucu.
Lucu? Emang pelawak?!
Pas waktu makan siang tiba ....
"Mau makan di mana?" ia menawari.
"Yang bayar aku apa Mas?"
"Kalo Dik Pupung yang bayar?"
"Kita makan di Padang. Relatif murah dan bikin perut kenyang"
"Kalo Mas yang bayar?"
"Suka-suka Mas, dong ..."
"Mas yang bayar dan kamu boleh memilih tempat. Mau di mana?"
"Padang juga," sahutku.
"Suka banget makan di Padang?"
"Kalo direstoran mahal, trus platingnya bagus, aku mau makan sayang."
Untuk kedua kalinya ia geleng-geleng kepala. "Kok ada anak lahir seperti kamu tuh, piye?"
Setelah acara makan selesai dan kami harus berpisah, ia menarikku untuk lebih dekat dan .... cekrik cekrik! "Foto dulu, sebagai penanda pertemuan. Oke, kan?"

0 comments:

Post a Comment