Di wall empunya, yang komen dan njempol sedikit. Barangkali temen-temennya pada males membaca.
Harapanku, di wall-ku ini, semua akan membaca dan urun komentar.
Tulisan bagus jangan disia-siakan, okrehh??? Biar aku merasa tak rugi
telah sedikit mengeditnya.
KULTUM-7
Dekonstruksi Arabisme~
Yudhie Haryono
Ribuan tahun, kita tunduk pada skema orang luar: dari produsen ke
konsumen. Dari atlantik ke arabis dan terjerembab dalam kubang chinis.
Tentu bukan tanpa skema. Melainkan via proxy dan begundal lokal.
So,
secara sistematis, massif dan terorganisir, kita masuk perangkap syorga
eskatologis. Via road map, gold, glory, gospel and poverty, sempurna
sudah kita dalam cengkraman arabis dan chinis. Makin hari, kita
pasrahkan eskatologis ke kaum arabis. Makin hari, kita pasrahkan
profanitas peradaban ke kaum chinis.
Kita tahu bahwa gold adalah
perampokan kekayaan. Glory adalah perampokan teritorial. Gospel adalah
perampokan ideologi. Poverty adalah perampokan mental dan kurikulum.
Bangsa yang mengalami kolonialisme dan imperialisme akan diskenariokan
sebagai bangsa pinggir dan pemasok kebutuhan penjajah.
Bagaimana keluar dari dominasi arabis, yang mutannya adalah ontanis? Ada banyak jalan:
Pertama, kita harus tahu dulu ciri arabisme itu. 1)Menjawab masa depan
dengan masa lalu; 2)Menyembah teks; 3)Jurusannya akheratisme; 4)Truth
claim~kita paling benar yang lain salah; 5)Monolitik; 6)Berkutat pada
ibadahisme~saleh ritual; 7)Emosional dan tertutup; 8)Klanis~mengimani
hubungan darah secara membabi buta; 9)Pusat gravitasinya di Makkah dan
Madinah.
Kedua, memahami reduksi arsitektur arabisme menjadi
ontanis. Menyembah identitas pariferal: jilbabos, hadisi, jenggotis,
cungkringis, takfiris, jidatis.
Ketiga, sesungguhnya mereka tidak
memiliki sesuatu yang baru. Yang ada adalah mereproduksi hal-hal lama.
Makanya ide ibadah di planet lain dan penguasaan teknologi, misalnya,
tak ada jawabannya. Nalar mereka masih di sini dan di masa lalu.
Keempat, medeskonstruksi kurikulum tersebut dengan mematrialisasikan
kurikulum baru yang bertumpu pada lima hal: 1)Ruh al-istiqlal (freedom);
2)Ruh al-intiqad (criticism); 3)Ruh al-ibtiqaar (inovation); 4)Ruh
al-ikhtira (invention); 5)Ruh al-idzati (interdependency).
Ilmu
pengetahuan baru ini menempatkan metoda kebebasan, kritis, kreatifitas,
progresif, gotong-royong sebagai tulang punggung (back bond). Tanpa
revolusi nalar, kita akan membangun peradaban yang sama dengan para
arabis.
Dus, kurikulum deskonstruksi ini menyadarkan kita bahwa tak
ada ibadah lebih besar pahalanya melebihi ibadah menyelamatkan negara.
Tak ada jihad lebih mulia jejaknya melebihi jihad melawan penjajah. Tak
ada cinta lebih berdentang keras luar biyasa melebihi cinta warga pada
negaranya (hubul wathan minal iman).
Kurikulum dari pikiran raksasa
ini disemai di sekolah-sekolah atlantik yang gigantik guna melahirkan
pasukan nusantara yang berkonsolidasi dalam lima tradisi:
1)Merealisasikan sekolah-sekolah Postkolonial; 2)Mematrialisasikan
Roadmap Indonesia Cerdas dan Bermartabat; 3)Mereclaim the State;
4)Merealisasikan Janji Proklamasi; 5)Mentradisikan Negara Pancasila.
Kelima, menyadari bahwa era lama soal perampokan emas (gold) akan
berkembang ke perang herbal dan hasil lautan. Perang teritorial (glory)
akan berkembang ke perang currency, asimetriks, proxy, medical dan IT.
Perang agama (gospel) akan meluas ke perang peradaban.
Hey, ayok
bangun dari puasamu (badan) menjadi siyammu (jiwa). Dari abu jahil
menjadi abdullah. Dari biladulfakir menjadi biladulfadil. Berhentilah jd
genk arabis yg meminum air kencing onta sampai kalian buta, tuli dan
bisu. Merasa berinvestasi syorga padahal asuransi neraka.(*)
0 comments:
Post a Comment