Pages

Syorga Mitos

Dari wall Dede Cakep Prof. Yudhie Haryono. Sangat layak untuk dibaca. Sungguh! Tapi diedit dulu. Sebab penulisnya suka korupsi ...huruf!
KULTUM-4
Syorga Mitos~
Yudhie Haryono
Semua agama bicara syorga dan neraka. Inilah kontruksi mistis dari bahasa politik pemimpin keagamaan yang sering disalahpahami. Bagaimana mistisisme syorga neraka ini hadir? Mari dialogkan dengan senyum simpul.
Syorga adalah kebahagiaan. Neraka adalah penderitaan. Dus, sorga neraka itu konstruksi jiwa, psikis, id dan mental. Keduanya bukan deret ukur dan status sosial. Karena itu, keduanya sering diucapkan "seperti dan seakan-akan" dalam kitab-kitab keagamaan. Bayangan, imajinasi dan harapan. Bukan kongkrit, nyata dan teraba.
Tentu saja karena belum semua peristiwa di dunia ini mampu dinalar maka aspek imaji dan mitos perlu dihadirkan. Apa yang belum dicapai perlu dibayangkan. Apa yang tak terjangkau perlu dikhayalkan. Apa yang ideal niscaya diimpikan.
Dus, syorga adalah imaji, khayalan dan bayangan. Bagi orang miskin, menjadi kaya dan sejahtera adalah impian; syorga yang dirindukan. Bagi negara yang dijajah, menjadi merdeka adalah impian dan cita-cita; suasana yang diangankan. Sayangnya saat impian itu tidak tercapai, orang senang dalam mimpi-mimpi itu. Mereka tidak mau merealisasikan mimpi tersebut serealistis mungkin. Bagi bangsa postkolonial, penyakit ini sangat akut. Sebab ia menjadi mitos akbar yang tak mudah dipecahkan.
Karenanya, kisah perlawanan sebuah bangsa hingga merdeka mampu dikerjakan dengan sekuat tenaga; tetapi mengusir penjajah baru (asing-aseng) yang kedua kali seringkali tak mampu dikerjakan kembali. Maha berat atas segala nasibNya.
Saat membiarkan penjajah merampok, kita sesungguhnya sedang di neraka. Maka, "kalian hidup di neraka sambil membiarkan syorga di depanmu hancur dan berharap masuk syorga di alam sana," itulah alegoris terbaik yang melukiskan Indonesia. Padahal, siapa yang menolak syorga hari ini belum tentu dapat syorga di sana. Itu karena kalian tidak bersyukur atas nikmat yang sdh ditakdirkan. Subhanallah.
Tentu saja, kita di syorga jika merdeka melakukan nasionalisasi aset strategis, rekapitalisasi, tranformasi shadow economic dan law governed state. Jika yang dilakukan sebaliknya (utang dan deindustrialisasi plus ketakmandirian finansial) maka kalian di neraka. Tidak percaya? Mari kita cek 21 indikator ekonomi penting Indonesia yang membuktikan kita di neraka sepanjang 2014 sampai 2015.
1)Jumlah penduduk kita meningkat dari 251 juta menjadi 255 juta jiwa. Makin padat dan sumpek, sehingga; 2)Pendapatan/Orang menurun dari USD 3,541 menjadi USD 3,379. Akhirnya; 3)Pertumbuhan menurun dari 5% menjadi 4,8%. Lalu; 4)Pengangguran Tenagakerja meningkat dari 5,9% menjadi 6,2%. Sayangnya; 5)Tingkat Konsumsi (variasi tahunan) menurun dari 5,2% menjadi 5,0%.
Akibat ketakmandirian finansial, 6)Nilai tukar rupiah turun per USD=Rp 12,385 menjadi Rp 13,788. Lalu; 7)Nilai ekspor turun dari USD 176 milyar menjadi USD 150 milyar. 8)Nilai impornya juga turun dari USD 178 milyar menjadi USD 143 milyar. Akibatnya; 9)Neraca Dagang turun dari USD-2,5 menjadi USD-7,6 milyar. 10)Nilai neraca berjalan juga turun (% dari PDB) dari -3,1 menjadi -2,1%.
Selanjutnya; 11)Utang Luarnegeri (% dari PDB) meningkat dari 33% menjadi 36%. 12)Utang Publik (% dari PDB) meningkat dari 24,3% menjadi 27,5%. Lalu; 13)Potret pasar modal (variasi tahunan) turun drastis dari 22,3% menjadi -12,1%. 14)Cadangan devisa menurun dari USD 112 milyar menjadi USD 106 milyar. 15)Neraca fiskal menurun dari -2,1% menjadi -1,9%.
Yang parah, 16)Bisnis manufaktur menurun dari 4,6% menjadi 4,2%. 17)Bisnis retail menurun dari 14,5% menjadi 13,3%. 18)Terjadi Inflasi (CPI) Barang-Jasa Konsumsi) 8,4% menjadi 3,4%. Juga 19)Inflasi (WPI) (barang grosir) dari 9,3% menjadi 4,4%. Akibatnya; 20)Gini Rasio melebar dari 0.41 menjadi 0.43. Dan, puncaknya; 21)Angka kemiskinan naik dari 27.73 juta (10.96 persen) menjadi 28.51 juta (11.13 persen) pada 2015.
Jadi, syorga apa lagi yang kalian dustakan? Neraka ini makin terasa karena pemimpin kita bermental amtenaar, inlander, picik, penjilat, rakus, minta disogok, goblok dan KKN. Ini clear, sebab, jika kajianya teks (firman) maka jelas bahwa sorga-neraka itu majasi (kiasan). Selalu dengan kata "kamatsali." Artinya, sepertinya; andai saja. So, tafsir dan takwil sorga-neraka di akhirat itu khas yahudi purba (kaum kalah). Sedang tafsir dan takwil sorga-neraka di dunia itu khas kristiani modern (christusdom). Tradisi muslim memotret keduanya dengan sangat baik dan eklektik. Saat berjuang menghadapi kekalahan, sorga dihadirkan. Sebaliknya, saat menang, neraka yg dihadirkan.
Secara psikologis sesungguhnya itu soal rasa. Di manapun kalau manusia bahagia, menang dan berkuasa, ia sudah di sorga. Sebaliknya, di manapun kalau manusia berduka, sengsara dan paria, ia sudah di neraka. Dan, itu tak ada hubungannya dengan harta, pangkat dan jabatan. Sebab itu soal psikis.

0 comments:

Post a Comment