Pages

Brotowali

Jika Mas Badiyo tak pernah mengunggah pohon kelor, pasti yang ada di kepalaku hingga sekarang, kelor adalah tumbuhan merambat semacam ubi jalar atau tumbuhan rambat lainnya. Aku nggak akan pernah tahu jika ternyata tumbuhan yang daunnya bisa disayur bening itu termasuk tumbuhan berkayu keras dan bisa tumbuh tinggi melebihi atap rumah. Dan jika dua hari yang lalu aku tak mengobrol dengan tetangga depan rumah, aku nggak akan pernah tahu jika brotowali merupakan tumbuhan rambat. Karena yang tersimpan di memori otakku selama ini adalah brotowali itu semacam tanaman umbi-umbian seperti: kunyit, jahe, lempuyang dan lain sebagainya.

Dua hari yang lalu, selepas aku olah raga pagi, kulihat tetangga depan rumah sedang bersih-bersih halaman. Sebagai tetangga yang baik, tentu aku menyapa. Dari awalnya yang hanya menyapa, akhirnya kami ngobrol-ngobrol. Ini obrolan pertama setelah sekian lama bertetangga. Biasanya kalau pas ketemu atau berpapasan, kami cuma sekedar tersenyum dan mengangguk. Maklumlah, dia orang sibuk. Sinetronnya banyak, begitu pula dengan iklan-iklannya. Menjelang puasa nih, biasanya wajahnya akan hilir mudik di layar kaca mengiklankan berbagai macam produk: sarung, sirup, biscuit dan lain sebagainya. Temans tahu siapa dia? Dia adalah Tasman Tahir. Lelaki sederhana yang tak pernah menunjukkan jika ia seorang bintang. Pembawaannya santun dan lemah lembut. Senyumnya ramah. Apalagi? Tetangga seperti ini yang aku butuhkan hehe ....
Ketika obrolan kami sampai pada tumbuh-tumbuhan yang merimbun di halaman rumahnya, tatapanku jatuh pada tumbuhan rambat yang daunnya mirip sirih. Apa ini?
"Itu Brotowali, Mbak," katanya.
"Brotowali yang untuk jamu? Yang pahit itu?" tanyaku tidak yakin.
Dia mengangguk. "Iya, betul ...."
"Oh ...."
"Kenapa?"
"Kupikir brotowali bentuknya seperti kunyit hehe ..."
"Oalah ...," Dia ikut tertawa.
O ya, selain brotowali, di rumah Pak Tasman juga tumbuh tanaman rambat lainnya: sirih dan pohon cincau. Sirih ini sering aku minta hampir setiap minggu. Mintanya bukan dengan Pak Tasman tapi dengan Mbok Yem, perempuan yang gemar tersenyum, sama seperti pemilik rumahnya.
Udah, ceritanya gitu aja hehe ....

0 comments:

Post a Comment