Memasak bagi Eyang Putri bukan sekedar
hobi. Sebagai janda yang ditinggal Eyang Kakung di usia yang relatif
muda, Eyang Putri harus banting tulang untuk menghidupi keenam anaknya.
Pada awalnya sulit juga. Karena ketika Eyang Kakung masih hidup, Eyang
Putri tidak pernah mengerjakan apapun selain hanya mengurus anak. Perlu
kalian tahu, untuk urusan mencuci baju, cuci piring dan bebersih rumah,
aku justru lebih jago. Bahkan dalam hal menyetrika pakaian, Eyang
nggak bisa sama sekali. Ini membuat aku sangat heran. Lahir dan besar
sebelum Indonesia merdeka, tapi Eyang nggak tahu mengerjakan pekerjaan
rumah layaknya anak-anak jaman sekarang. Takjub bin ajaib, kan?
Maka ketika dituntut untuk mencari nafkah setelah kepergian Eyang Kakung, profesi yang dipilihnya adalah jualan makanan. Mulai dari sini ia mempraktekkan semua yang diperolehnya di bangku sekolah. Tapi banyak juga Eyang menciptakan resep sendiri. Siang malam Eyang berkutat di dapur. Memasak! Dan pengorbanannya ini telah mengantarkan keenam anaknya lulus dari bangku kuliah dan menyandang gelar sarjana. Alhamdulillah ….
Sekarang, ketika Eyang jatuh sakit dan menggerakkan badan saja sulit, aku mewarisi kekayaan yang tak ternilai harganya: resep-resep ciptaannya yang ditulis dengan tangan. Belum ketemu semua, masih banyak yang tercecer di gudang. Tapi aku tak kuasa menunda untuk memamerkannya pada kalian yah ….
0 comments:
Post a Comment